Perjanjian Bintang
Suara ucapan selamat datang di stasiun Kisaran. Menarik Khanza dari lamunan panjangnya. Entah sejak kapan, jarinya tanpa sadar sedang meraba-raba luka bekas siraman air panas yang masih membekas di pergelangan tangannya. Luka itu masih saja menyisakan bekas, padahal sudah berumur belasan tahun. Begitu juga dengan kenangan yang menyertainya, akan terus menetap di sudut hatinya yang paling dalam. Di sebelahnya, Meira masih pulas dengan kepala menunduk. Sebahagian rambutnya terjatuh menutupi muka. Badannya tegak dengan kaki bersilang. Bahkan ketika tidur pun dia terlihat anggun. Posisinya tidak berubah sejak tadi. Khanza selalu heran dengan orang-orang yang bisa tidur dengan posisi ternyamannya selama berjam-jam. Dia pasti tidak sanggup melakukan itu. Waktu kecil, saat bangun tidur dia sering menemukan dirinya telah berubah posisi 180 derajat; kepala di kaki, kaki di kepala. Tak jarang pagi hari bapak menemukan dia terbaring di lantai. Bahkan benturan badan dengan ubin pun tidak